InjiWarrior.Com-Saat pohon sagu atau palem mulai membusuk, kumbang sagu akan bertelur di sekitar batang pohon tersebut. Setelah telur menetas akan muncul ulat-ulat gemuk berwarna putih yang dikenal dengan ulat sagu. Ulat ini memiliki nama latin Rhynchophorus ferrugineus atau dikenal juga dengan nama red palm weevil, sementara di Karo, masyarakat lebih mengenal ulat ini dengan penyebutan ulat kidu
Setelah telur kumbangnya menetas menjadi ulat, masyarakat wilayah Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua mengambil ulat tersebut untuk diolah sebagai makanan. Kadang mereka mengosumsinya mentah-mentah atau dijadikan lauk.
Ulat sagu mengandung protein, karbohidrat, asam lemak omega 3, 6, dan 9, serta asam amino.
Meski belum ada penelitian lebih dalam mengenai manfaat ulat sagu, berdasarkan nutrisinya, namun masyarakat percaya ulat sagu dapat menyembuhkan berbagai penyakit, membangun otot dan meningkatkan suasana hati juga menambah/ mengembalikan stamina.
Moris sitepu(42) yang berprofesi sebagai pencari ulat kidu dan petani di Desa Tiga Pancur, Karo, 23 Desember 2021, mengenalkan makanan tradisional khas karo berupa ulat sagu atau dalam istilahnya kidu dalam bahasa karo, yang mempunyai banyak jenis ini terdapat pada batang pohon yang sudah lapuk atau pembusukan.
Terdapat juga ulat yang berada di batang bambu jenisnya lebih kecil dan berwarna putih serta ramping.Tidak semua bambu yang memiliki ulat/kidu .Bambu nya mempunyai ruas yang pendek dan berwarna hijau dengan sebutan buluh regen(bahasa Karo).
Lain halnya dengan Ulat Enau/Aren( kidu pola).Ulat yang terdapat pada batang pohon aren/batang pola dalam istilah bahasa karo,mempunyai ukuran yang lebih besar
Kedua jenis ulat ini dapat dikonsumsi dengan beragam cara ,baik di goreng maupun di rebus.