INJIWARRIOR

Injiwarrior.com adalah portal berita lingkungan yang menyampaikan informasi edukatif serta informasi tentang pengungkapan, pencegahan maupun penindakan kasus - kasus kejahatan satwa liar dan pengrusakan hutan di Indonesia. Kami menyampaikan berita yang berkualitas dan berupaya menerapkan standar tinggi jurnalisme dalam meliput peristiwa dan menuliskannya secara tajam, cerdas dan berimbang.

Burung Enggang, Si Penyebar Biji dan Penjaga Hutan Tropis

Enggang, yang juga dikenal sebagai rangkong, julang, atau kangkareng, adalah burung dengan paruh besar berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran memiliki perang sebagai penyebar biji dan penjaga hutan tropis. Injiwarrior/ist

Satwa

Burung Enggang, Si Penyebar Biji dan Penjaga Hutan Tropis


Enggang bukan hanya burung yang indah dan unik, tetapi juga penjaga hutan yang berharga. Mereka memainkan peran penting dalam ekosistem dengan membantu menyebarkan benih tanaman, yang berkontribusi pada regenerasi hutan dan keanekaragaman hayati.

04 September 2024 11:56:00 WIB 01 Januari 1970 07:00:00 WIB

Injiwarrior, Jakarta- Enggang, yang juga dikenal sebagai rangkong, julang, atau kangkareng, adalah burung dengan paruh besar berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran memiliki perang sebagai penyebar biji dan penjaga hutan tropis.

Paruhnya biasanya berwarna terang dan mencolok. Dalam bahasa Inggris, burung ini dikenal sebagai hornbill. Nama ilmiahnya, Buceros, berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tanduk sapi”.

Burung enggang termasuk dalam keluarga Bucerotidae, yang terdiri dari 59 spesies. Di Indonesia, terdapat 13 spesies enggang yang bisa ditemukan di berbagai daerah seperti Sumatera, Sumba, Sulawesi, Papua, dan Kalimantan.

Burung ini merupakan penghuni hutan atau tepi hutan dengan ukuran yang besar hingga sangat besar, dan dikenal dengan suara kepakan sayap mereka yang khas serta panggilan yang jauh.

Enggang menunjukkan variasi ukuran yang cukup jelas. Spesies terkecil adalah Horizocerus hartlaubi dengan panjang sekitar 32 cm, sedangkan spesies terbesar adalah Bucorvus leadbeateri yang dapat mencapai berat hingga 6,3 kg dan rentang sayap sekitar 180 cm.

Burung ini biasanya berperilaku diurnal, bepergian berpasangan atau dalam kelompok keluarga kecil.

Famili Bucerotidae memiliki distribusi yang luas dari Afrika Sub-Sahara hingga ke Filipina dan Kepulauan Solomon. Di Indonesia, mereka dapat ditemukan di hutan lebat dan sabana yang lebih terbuka.

Beberapa spesies bahkan dapat hidup di lingkungan yang sangat gersang. Di Sumatera, terdapat 9 spesies enggang, sementara spesies lainnya tersebar di Sumba, Sulawesi, Papua, dan Kalimantan. Burung Enggang menghuni seluruh di Pulau Kalimantan, bahkan dikeramatkan oleh orang Dayak.

Ada beberapa spesies yang tinggal di Kalimantan, antara lain Buceros rhinoceros dan Buceros bicornis. Burung enggang, yang dikenal juga dengan nama burung tingang umumnya berbulu hitam dengan paruh berwarna cerah. Burung ini biasanya sering terlihat di puncak-puncak pohon tinggi.

Burung Enggang kerap dijadikan menjadi simbol dari sesuatu yang berasal dari tempat tinggi. Kepala burung enggang kerap dijadikan hiasan kepala oleh Suku Dayak. Kepala burung enggang ini diambil dari burung enggang yang mati secara alami.

Sebagai burung yang dikeramatkan, burung ini tidak boleh diburu. Hiasan kepala burung enggang umumnya dipakai oleh orang-orang yang berjabatan tinggi, seperti kepala suku. Burung enggang juga sering dijadikan ornamen dekorasi yang diletakkan di tempat tinggi.

Enggang adalah burung omnivora yang memakan buah, serangga, dan hewan kecil seperti kadal, kelelawar, tikus, dan ular. Di Indonesia, sebagian besar enggang adalah frugivorus dan berperan penting sebagai penyebar benih.

Mereka membantu menjaga kelestarian hutan dengan menyebarkan biji-bijian dari buah yang mereka konsumsi ke berbagai tempat, yang kemudian tumbuh menjadi tanaman baru. Peran ini sangat vital dalam menjaga keanekaragaman hayati hutan.

Rangkong biasanya adalah pasangan monogami, meskipun beberapa spesies menerapkan cooperative breeding. Saat musim kawin, burung betina akan bertelur di dalam sarang yang biasanya berupa lubang pada pohon atau batu. Lubang sarang ini akan ditutup dengan lumpur, kotoran, dan kulit buah, meninggalkan satu bukaan kecil untuk burung jantan memberikan makanan kepada betina dan anak-anaknya.

Ketika anak-anak burung dan burung betina tidak lagi muat dalam sarang, burung betina akan memecahkan dinding sarang untuk keluar dan membangunnya kembali.

Kedua burung dewasa kemudian akan mencari makanan bagi anak-anak burung mereka. Dalam beberapa spesies, anak-anak burung juga membantu membangun kembali dinding sarang yang pecah.

Dikutip dari Beritalingkungan.com menyebutkan, burung enggang adalah burung yang berumur panjang dan setia pada pasangannya. Saat burung betina mengerami telur, burung jantan akan menjelajah hutan mencari makanan.

Burung jantan kemudian memberikan makanan ke burung betina yang sedang mengerami telurnya. Seekor burung enggang yang ditinggal mati pasangannya, tidak akan mencari pasangan baru. Kesetiaan dan tanggung jawabnya dianggap dapat dijadikan contoh dalam kehidupan manusia.

Saat terbang melayang, sayapnya membentang. Gerakannya itu terlihat seperti melindungi. Bentangan sayapnya itu dianggap simbol pemimpin yang melindungi rakyatnya dengan baik.

Kepakan sayapnya kuat dan menimbulkan bunyi nyaring. Itu menyimbolkan kekuatan dan keberaniannya menaklukkan hutan Kalimantan.

Enggang bukan hanya burung yang indah dan unik, tetapi juga penjaga hutan yang berharga. Mereka memainkan peran penting dalam ekosistem dengan membantu menyebarkan benih tanaman, yang berkontribusi pada regenerasi hutan dan keanekaragaman hayati.

Tim/ Injiwarrior

TERKAIT DENGAN INI
JOIN US




JOIN US