INJIWARRIOR - Tembakul, glodok atau mudskipper adalah ikan amfibi. Tembakul termasuk ke dalam famili Oxudercidae dan subfamili Oxudercinae, terdiri dari 32 spesies . Ikan-ikan ini dikenal karena penampilannya yang tidak biasa dan memiliki kemampuan bertahan hidup di dalam air maupun di darat.
Jika sebagian besar jenis ikan hanya bisa bertahan hidup beberapa menit saja di daratan tanpa air, tembakul Periophthalmus koelreuteri setiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat. Ikan ini memiliki kebiasaan melompat-lompat ke daratan seperti daerah lumpur bahkan bisa memanjat pohon. Ikan tembakul atau glodok hanya menghabiskan sedikit waktunya di air untuk sekadar berenang dan bertelur.
Ikan gelodok merupakan ikan yang unik memiliki dua sirip di punggungnya yang sangat cantik, sirip punggung ini disebut dengan sirip dorsal. Sirip pertama menyerupai kipas yang membulat, sementara sirip dorsal kedua berbentuk seperti kipas yang memanjang. Tubuhnya memiliki corak yang sangat indah, dengan bintik-bintik berwarna biru atau putih keperakan, serta sirip ekor yang berbentuk bulat
Selain itu, ikan glodok juga memiliki sirip dada yang bisa menekuk seperti kaki dan ada otot yang berkembang di sirip tersebut. sirip inilah yang membuatnya bisa berjalan di darat atau di lumpur. Ikan ini juga memiliki sirip yang terdapat di perutnya sehingga bisa mencengkeram dan menempel ke suatu permukaan.
Bentuk mata ikan glodok melotot seperti katak, sehingga ikan ini juga kerap disebut-sebut menyerupai katak berekor.
Penyebaran ikan ini di Samudera Pasifik dari laut merah sampai Afrika di selatan Jepang. Ada juga di Australia, Oceania, India, serta di Papua Nugini. Ikan glodok bisa dijumpai di Jawa, Maluku, Sumatera dan paling banyak ada di Kalimantan.
Habitat alaminya berada di ekosistem mangrove yang terdapat di sepanjang pantai dan muara sungai yang masih dipengaruhi oleh aksi pasang surut air laut.
Ikan glodok atau timpakul merupakan jenis ikan predator. Ikan ini biasa memangsa katak, belalang, kepiting, atau ikan-ikan kecil lainnya seperti anakan ikan gabus dan ikan betok.
Sementara itu, kompetitor atau pemangsa ikan glodok biasanya berupa ular, beberapa jenis burung serta kepiting-kepiting yang ukurannya lebih besar.
Kemampuanya hidup di darat atau di lumpur didukung oleh adanya respirasi aktif, karena menggunakan insang. Pernapasannya juga dibantu oleh selaput lendir yang ada di mulut dan kerongkongannya serta pembuluh kapiler yang terdapat di seluruh tubuhnya. Selain itu, ikan gelodok juga mempunyai operculum yang dapat mengembang dan menyempit yang terisi air atau oksigen.Sehingga ketika berada di darat bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan ikan pada umumnya.
Sepasang matanya yang melotot ternyata bisa dikedipkan, sehingga tidak perlu kaget jika menemuinya dia berkedip. Hal ini dikarenakan ikan glodok memiliki lapisan kornea di matanya. lapisan kornea inilah yang membuat matanya bisa bertahan di dalam air
Di Indonesia, ikan glodok biasanya dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak dan ikan. Serta umpan utuk memancing.Padahal, di luar negeri ikan glodok sudah biasa dikonsumsi bahkan menjadi menu dengan harga tinggi di restoran-restoran asia.
Seperti di Bangladesh, China, Jepang, Korea, Filipina, Taiwan, Thailand, dan Vietnam, ikan ini sudah dijadikan makanan di restoran sebagai sup ikan segar.
Jika dibandingkan dengan ikan air tawar, ikan glodok termasuk memiliki kandungan protein yang tinggi. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan geografis atau daerah yang menjadi habitat ikan glodok yang diteliti. Tingginya kandungan protein inilah yang membuat olahan kuliner ikan glodok cukup digemari oleh orang-orang di luar negeri. Seorang peneliti menyebut minyak ikan glodok bisa merangsang aktivitas seksual.
Di Jepang dan Malaysia, ikan glodok biasa dijadikan sebagai obat forex untuk menjaga dan memperkuat stamina daya tahan organ vitalitas. Sementara di China, Korea, dan juga Jepang, ikan gelodok biasa dijadikan sebagai makanan kesehatan yang dipercaya dapat meningkatkan gairah seksual serta melancarkan peredaran darah.
Injiwarrior/ Iwan Gunadi Batubara