Injiwarrior,ACEH TIMUR – Peletakan batu pertama oleh Bupati Hasballah HM Thaib, menandai awal mula pembangunan Suaka Badak Sumatra atau Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Kamis (12/11/2021) petang. Sebelumnya, konsorsium Badak Sumatra yang dimotori oleh Forum Konservasi Leuser (FKL), sudah melakukan penelitian panjang terkait lokasi pembangunan itu.
Kawasan tempat SRS dibangun berstatus Areal Penggunaan Lain
(APL) yang berbatasan langsung Cagar Alam Serbajadi serta tidak jauh dari Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL). SRS akan dibangun di atas lahan seluas 120 Ha.
Di atas lahan itu nantinya akan dibangun sekitar 11 kandang dengan rata-rata
luas 11 hektare. Kemudian ditambah dengan areal perkantoran pengelola kawasan.
Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) menjadi salah satu
satwa yang masuk dalam daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam
(IUCN). Populasinya terus berkurang karena banyak faktor.
“Pembangunan SRS ini adalah langkah penting. Ini masa
terakhir kita melakukan penyelamatan badak dari ancaman kepunahan. Karena
populasinya kurang dari 100 individu,” ujar Dedi Yansyah, Koordinator Forum
Konservasi Leuser (FKL), Minggu (13/11/2021).
Pembangunan diterget rampung pada Maret 2022. Bupati
Hasballah mendukung penuh upaya penyelamatan Badak Sumatra. Di SRS nantinya,
akan dilakukan upaya pengembangbiakan. Badak-badak yang ada di sejumlah habitat
akan di evakuasi dan dikawinkan di sana.
“Kita harapkan, paling tidak lima tahun ke depan, ada
individu badak yang lahir di SRS Aceh,” kata Dedi.
Kata Dedi, pihaknya tidak hanya membangun SRS. Mereka akan
melakukan pengembangan masyarakat untuk meningkatkan taraf perekonomian. Selama
ini, penerimaan masyarakat cukup baik terkait pembangunan SRS. Konsorsium
penyelamatan badak terus melakukan upaya sosialisasi supaya masyarakat paham
pentingnya upaya konservasi.
“Salah satu inti dari program kita ini adalah pelibatan
masyarakat. Mulai dari terlibat dalam pembangunan, hingga pengelolaan SRS ke
depan. Program pemberdayaan masyarakat juga akan dilakuan. Ke depan masyarakat
bisa terlibat dalam penyediaan pakan badak hingga program pertanian intensif,”
katanya.
Pembangunan suaka badak disokong penuh oleh Aksi Nyata
Konservas Hutan Tropis (TFCA) Sumatra. Dana Hibah ini mendukung upaya
penyelamatan melalui SRS di Aceh Timur dan Lampung Timur. Jika ditotal, hibah
dana yang dikucurkan mencapai Rp100 miliar untuk mendukung keduanya.
Program penyelamatan Badak Sumatra menjadi salah satu
prioritas TFCA Sumatra dalam upaya konservasi. “TFCA Sumatra sangat bersyukur
bisa berkontribusi untuk menylamatkan badak Sumatra. Ini merupakan bagian dari
rencana besar. TFCA Sumatra, memberikan porsi pendanaan yang besar untuk
konservasi badak. Kami sangat berharap ini bisa berhasil. Karena kondisi badak
sumatra ini sangat menghawatirkan,” kata Direktur TFCA Samedi.
Bagi dia, upaya penyelamatan Badak ini harus dilakukan
secara keroyokan. Andil pemerintah, organisasi non pemerintah, akademisi dan
masyarakat sangat dilakukan untuk mencegah kepunahan.
“Kita berusaha. Kalau kita tidak melakukan sesuatu, maka
akan habis. Seperti yang terjadi di Malaysia. Dengan kita melakukan sesuatu
maka pasti ada peluang. Jangan sampai di ulang tahun ke 100 Indonesia, kita
mengumumkan bahwa badak Sumatra sudah punah,” ujar Samedi.
Bupati Hasballah juga mendukung program pemberdayaan
masyarakat yang akan dilakukannya. Sebelumnya, Hasballah mengakui jika
masyarakat belum memahami betul soal suaka badak yang akan dibangun. Namun
pihaknya bersama konsorsium terus melakukan sosialisasi.
“Kenapa kami mendukung, kami ingin masyarakat Simpang
Jernih, masyarakat ekonominya bangkit dengan kehadiran suaka badak. Dan yang
paling penting satwa juga selamat. Kita berjuang penuh dan kita dukung penuh
supaya supaya masyarakat bisa berdampingan,” ungkap laki-laki yang akrab disapa
Rocky itu.
Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi -Direktorat Jenderal
KSDAE Kementerian LHK Jefry Susyafrianto mengatakan, pembangunan SRS di Aceh
Timur adalah bagian dari Rencana Aksi Darurat penyelamatan Badak Sumatera
2018-2021.
“Kita melihat ini merupakan peluang yang luar biasa. Ada
keterlibatan banyak unsur. Bertanggung jawab menyelamatkan keberadaan Badak
Sumatra,” ujar Jefry
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Balai Besar
Taman Nasional Gunung Leuser Adhi Nurul Hadi mengatakan, selama ini pihaknya
terus melakukan patroli dan monitoring. Hadi pun mengatakan, populasi Badak
Sumatra di TNGL berada di kawasan habitat yang terisolir. Kondisi ini justru
akan memperbesar potensi inbreeding (kawin sedarah) tinggi. Kondisi ini sangat
tidak baik bagi keberlangsungan hidup badak.
“Dengan SRS ini harapannya, ada koneksi antara habitat badak
di TNGL dengan habitat di luar TNGL. Sehingga ada persilangan.
Mudah-mudahan nanti apa yang dihasilkan, bisa menyehatkan kembali struktur
genetika dari Badak yang ada di alam,” ungkap Hadi.
Dalam pemaparan FKL disebutkan, dahulu Badak Sumatra
tersebar luas di Asia, mulai dari kaki himalaya di Bhutan, India timur-laut
(Assam), Tiongkok, Thailand dan lainnya.
Pada 1974, Badak Sumatra ditemukan di Sumatra, Sabah dan
Peninsular Malaysia hingga Kalimantan (Borneo). Sejak 1994 hingga 2007,
populasi di kawasan semenanjung Malaysia sudah lama tidak terkonfirmasi. Hingga
akhirnya pada 2013, Badak Sumatra hanya ditemukan di lampung, Aceh dan
Kalimantan Timur.
Populasi Badak kian tergerus. Aktifitas perambahan kawasan
hingga perburuan menjadi ancaman nyata. Belum lagi, lambatnya siklus reproduksi
dan singkatnya masa birahi badak berpengaruh pada perkembangan jumlah populasi
badak.
Melansir kehati.or.id, data Population and Viability
Analysis (PVA) 2015 menunjukkan di Kawasan Ekosistem Leuser masih ada empat
kantung populasi Badak Sumatera yang sebagian besar diantaranya tidak viable
(layak). Survei okupansi yang telah dilaksanakan Forum Konservasi Leuser (FKL)
2017/2018, memantau data terkini kondisi habitat dan populasi habitat Badak
Sumatera di 4 kantung populasi tersebut.
Hasil survei ini dijadikan dasar untuk memastikan langkah
intervensi yang diambil untuk penyelamatan populasi Badak Sumatera di
masing-masing kantung populasi. Bila kantung yang tidak viable ini tidak
diselamatkan, dalam beberapa tahun mendatang populasi badak dipastikan akan
punah walaupun tanpa ada perburuan.