Inji Warrior - Kemenyan, yang disebut "haminjon" dalam bahasa Batak Toba, memiliki cerita dan peran yang kaya, mencakup aspek ekonomi, sosial, dan spiritual. Kemenyan bukan hanya sekadar komoditas, tetapi juga bagian integral dari identitas dan kehidupan masyarakat Batak, terutama di wilayah Tapanuli.
Menyadap getah kemenyan, perlu ritual, yang bermakna menghormati dan menghargai alam. Getah kemenyan dan pohon tumbuh karena proses alam. Tak bisa dipupuk atau dengan cara lain.
Pengerjaannya juga harus dengan hati bersih, dan adab baik. Mereka percaya, menyadap getah tak boleh berkata kotor agar getah keluar banyak dengan kualitas baik.
Menurut cerita nenek moyang, kemenyan ini jelmaan Boru Raja atau gadis anak raja. Hingga dalam menyadap harus sopan dan bersih hati.
Pohon kemenyan adalah tumbuhan yang menghasilkan resin atau getah kemenyan, yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, termasuk ritual keagamaan, parfum, dan pengobatan. Pohon ini asli Indonesia, terutama ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Pohon kemenyan bisa tumbuh hingga 24-40 meter dengan diameter batang 60-100 cm. Batangnya biasanya lurus dan kulitnya berwarna merah anggur dengan sedikit alur.
Sejarah dan Perdagangan
Kemenyan, yang diekstrak dari pohon Boswellia, telah diperdagangkan selama lebih dari 5.000 tahun. Kemenyan dari berbagai daerah, termasuk dari pohon Boswellia di Arab, diperdagangkan melalui Jalur Sutra ke berbagai wilayah, termasuk Eropa dan Cina. Kemenyan dianggap sebagai hadiah berharga, seperti yang diceritakan dalam Alkitab, di mana orang-orang bijak memberikan emas, kemenyan, dan mur kepada bayi Yesus.
Di Indonesia, perdagangan kemenyan, bersama dengan kapur barus, sudah berlangsung sejak lebih dari 1.000 tahun lalu di Pelabuhan Barus, Sumatera Utara.
Kemenyan menjadi hasil bumi yang mahal. Pada masa itu di Humbahas, harganya sama dengan emas.Surat kabar Imanuel yang diterbitkan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) edisi 24 Oktober 1920, menampilkan grafik hasil bumi yang dikeluarkan dari Tapanuli Utara pada 1919, yang didominasi oleh karet, kopi, kopra dan kemenyan.
Produksi kemenyan sebanyak 1,8 ton lebih dengan nilai jual 1,5 juta gulden.
Masih di surat kabar yang sama edisi 14 November 1920, dilaporkan bahwa pedagang besar meraup untung besar dari kemenyan. Harga belinya 70 sen per kilogram dan dijual 2,22 gulden.
Melalui Pelabuhan Barus, haminjon dibawa menjejak tanah Eropa hingga Timur Tengah. Bangsa Eropa sejak dulu mengenal Tano Batak sebagai penghasil kemenyan terbaik.
Namun, meski perdagangan ini sudah berjalan ratusan tahun, petani tak bisa menentukan harga dan tak mengetahui harga di perdagangan dunia.
Tantangan dan Masa Depan Kemenyan
Kerusakan hutan akibat alih fungsi lahan, seperti yang terjadi di Tapanuli, mengancam keberadaan pohon kemenyan dan kehidupan masyarakat adat yang bergantung padanya.
Diperlukan upaya perlindungan dan konservasi pohon kemenyan serta hutan adat tempat mereka tumbuh, termasuk pengaturan hukum yang jelas dan pengawasan yang efektif.
Konservasi pohon kemenyan penting dilakukan karena memiliki nilai ekonomi dan budaya yang tinggi, serta keberadaannya terancam oleh deforestasi dan perubahan penggunaan lahan. Upaya konservasi mencakup pengakuan hutan adat, penerapan sistem pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian pohon kemenyan.
Dari berbagai sumber