SEEKOR Owa Ungko (Hylobates agilis) bermain di dalam kandang transit satwa Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Jumat ( 24/02/2023).
Ini terjadi karena kandang transit merupakan tempat baru baginya, bahkan bukan habitat sesungguhnya.
"Owa itu diserahkan oleh warga Kabupaten Pelalawan setelah dipeliharanya selama lima tahun," kata Dokter Hewan BBKSDA Riau, Rini Deswita.
Menurut Rini, primata berkelamin jantan tersebut berumur lima tahun dan dalam kondisi sehat.
"Di kendang transit, owa menjalani rehabilitasi sebelum nantinya dilepasliarkan ke habitatnya," ujarnya.
Rini menjelaskan, pasca-rehabilitasi diharapkan owa dapat dikembalikan ke habit aslinya.
Namun belum dipastikan berapa lama prosesnya, mengingat owa tersebut sudah dipelihara sejak kecil.
Untuk diketahui, Owa Ungko salah satu jenis satwa dilindungi dan masuk dalam daftar The International Union for Conservation of Nature (IUCN) spesies terancam punah dengan status Endangered
Owa terancam punah karena penghancuran habitat serta perburuan liar untuk diperdagangkan.
Owa termasuk satwa mamalia yang membentuk keluarga dengan satu atau dua anak.
Primata endemic Sumatra dan Kalimantan ini mempunyai lengkingan suara mencapai satu killo hertz. Lengkingan itu menjadi penanda keberadaannya sekaligus peringatan pada pasangan Owa ungko lainnya. Jika ada lengkingan tanda, maka lawan jenisnya akan menyahut dengan lengkingan yang sama.
Kelompok Owa akan memberikan suara lengkingan atau bahkan mengejar apabila terjadi benturan batas territorial.
Penulis: Wahyudi
Editor: N Sulaiman