InjiWarrior - Trenggiling (Pholidota) merupakan satwa liar yang masih jadi komoditas favorit dalam praktik perdagangan gelap internasional.
Di Indonesia, terdapat sub spesies trenggiling Sunda (Manis javanica) yang dilindungi dan terancam punah.
Walau begitu, masa depan satwa ini masih tetap tidak aman dari praktik perburuan. Terbukti dari sederet penangkapan pelaku perdagangan sisik trenggiling belakangan ini.
Nasib trenggiling di ujung tanduk tak lepas dari berbagai mitos atau kepercayaan kuno masyarakat di daerah tertentu.
Daging trenggiling hingga kini masih dikonsumsi oleh kalangan orang tertentu seperti di China dan beberapa warga negara di Afrika. Mereka percaya bahwa beberapa bagian organ satwa itu adalah obat.
Seperti bagian sisik trenggiling. Inilah yang menyebabkan para pemburu tega membunuh trenggiling untuk mengambil sisik tersebut.
Selain sisik, daging trenggiling juga dikonsumsi oleh sebagian orang karena dianggap lezat dan berkhasiat bagi kesehatan. Negara tetangga yang warganya sempat dikenal mengonsumsi daging trenggiling adalah Vietnam.
Walau telah menyebabkan kepunahan di depan mata, faktanya tidak ada penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa organ trenggiling bermanfaat sebagai obat-obatan.
Menurut penelitian PloS One, 13 bagian organ tubuh trenggiling digunakan sebagai unsur pengobatan tradisional oleh warga di beberapa negara. Terutama sisik dan tulangnya.
Mereka percaya itu dapat mengobati penyakit seperti kejang dan rematik. Padahal, tidak ada penelitian yang membuktikannya.