INJIWARRIOR

Injiwarrior.com adalah portal berita lingkungan yang menyampaikan informasi edukatif serta informasi tentang pengungkapan, pencegahan maupun penindakan kasus - kasus kejahatan satwa liar dan pengrusakan hutan di Indonesia. Kami menyampaikan berita yang berkualitas dan berupaya menerapkan standar tinggi jurnalisme dalam meliput peristiwa dan menuliskannya secara tajam, cerdas dan berimbang.

Angin Segar Konferensi COP26 di Glasgow, Indonesia Janji Tutup PLTU Batu Bara sebelum 2040

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya di Cilegon, Banten. ANTARA/HO-PT PLN (Persero)/aa.

Konservasi

Angin Segar Konferensi COP26 di Glasgow, Indonesia Janji Tutup PLTU Batu Bara sebelum 2040

Indonesia berpeluang memasuki transisi krisis energi berkeadilan jika pemerintah mampu merealisasikan wacana yang dilontarkan.

04 November 2021 16:05:04 WIB 04 November 2021 16:05:44 WIB

InjiWarrior - Konferensi Tingkat Tinggi perubahan iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, menghasilkan angin segar. Indonesia menyatakan bakal menutup segala operasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara sebelum tahun 2040.


Kabar baik ini disambut hangat oleh Greenpeace Indonesia. Mereka berharap pemerintah merealisasikan wacana itu dengan memproduksi kebijakan dan pemetaan yang jelas.


Sebab pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, penggunaan PLTU Batu Bara justru masih mendapatkan porsi penambahan sebesar 13,8 Gigawatts (GW). 


Selain itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengisyaratkan kebutuhan pendanaan yang besar bagi langkah phase out PLTU, dan mengharapkan dukungan internasional. 


Padahal, Bank Pembangunan Asia (ADB) meluncurkan Mekanisme Transisi Energi demi membantu sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menutup sekitar 50 persen PLTU selama 10 hingga 15 tahun ke depan. 


"PLTU Batu Bara dengan kapasitas saat ini sebesar 31,9 GW telah berkontribusi sangat besar terhadap krisis iklim serta dampak kesehatan, sosial dan ekonomi yang merugikan rakyat Indonesia. Belum lagi tambahan sebesar 13,8 GW PLTU di dalam RUPTL 2021-2030, 90 persen di antaranya akan dibangun di Jawa dan Sumatera yang sudah mengalami kelebihan kapasitas," kata Koordinator Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Tata Mustasya, melalui pernyataan tertulis, Kamis (4/11/2021).


Tata mengatakan, Indonesia berpeluang memasuki transisi krisis energi berkeadilan jika pemerintah mampu merealisasikan wacana yang dilontarkan.


Untuk itu, kata Tata, ADB dan Pemerintah Indonesia harus menempuh beberapa langkah. Pertama, memastikan penutupan lebih awal PLTU Batu Bara diikuti transisi yang sesungguhnya ke energi bersih dan terbarukan, seperti energi matahari.


Inisiatif ini tidak boleh membawa rakyat Indonesia kepada solusi semu, seperti energi gas, yang malah bakal menunda transisi.


Kedua, lanjut Tata, menghilangkan berbagai hambatan dan menciptakan insentif bagi pengembangan energi bersih dan terbarukan yang potensinya melimpah di Indonesia. Transisi ke energi bersih dan terbarukan harus diinisiasi dan dipimpin oleh pemerintah, bukan oleh pasar.


Ketiga, menerapkan tata kelola yang baik melalui transparansi dan pelibatan partisipasi semua pemangku kepentingan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi mekanisme tersebut.


Keempat, memastikan bahwa mekanisme ini tidak menjadi bail out dan pencarian rente ekonomi baru bagi pengusaha PLTU batu bara baru. 


Penentuan harga PLTU batu bara dalam mekanisme ini harus dilakukan secara transparan sehingga mencegah kelebihan harga yang mengabaikan bahwa PLTU Batu Bara terancam menjadi aset mangkrak dalam 10-15 tahun ke depan dan saat ini berada dalam kondisi kelebihan kapasitas.


Kelima, memasukkan eksternalitas dan biaya pemulihan kerusakan dari operasi PLTU Batu Bara. Mekanisme ini harus menyediakan pembiayaan yang memadai dan berkeadilan untuk pemulihan dampak kesehatan, ekonomi, dan sosial bagi warga terdampak. 


"Pengumuman ini tidaklah berarti bila berbagai produk kebijakan di level implementasi justru bertolak belakang. Penutupan PLTU benar-benar harus disertai dengan pengembangan energi bersih dan terbarukan, tidak lari ke berbagai solusi semu, dan tidak mengabaikan dampak merusak operasi PLTU yang telah dan akan terus terjadi hingga 2040," pungkas Tata. 

JOIN US




JOIN US