InjiWarrior.com- Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) adalah salah satu subspesies gajah asia. Dia hidup di alam bebas dan hanya hidup di Pulau Sumatera. Saat ini kondisinya sangat mengkhawatirkan dan digolongkan ke dalam daftar merah.
Habitat gajah Sumatera yakni hutan alam di pulau Sumatera yang keadaannya sedang mengalami kerusakan parah. Kondisi ini menyebabkan hilangnya sebagian habitat gajah. Dalam jangka panjang akan mengancam kelangsungan hidup mamalia darat terbesar ini seperti dikutip dari laman programs.wcs.org.
Gajah Sumatera hidup di hutan-hutan dataran rendah di bawah 300 meter dari permukaan laut. Tapi juga sering ditemukan merambah ke dataran yang lebih tinggi. Jenis hutan yang disukainya adalah kawasan rawa dan hutan gambut. Populasinya tersebar di tujuh provinsi meliputi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Pada 2007, populasi gajah Sumatera di alam liar diperkirakan sekitar 2.400 sampai 2.800 ekor. Turun separuhnya dibanding tahun 1985 sekitar 4.800 ekor. Saat ini jumlahnya diperkirakan terus mengalami penyusutan. Karena habitat hidupnya terus menyempit. Terhitung 25 tahun terakhir, Pulau Sumatera telah kehilangan 70 persen luas hutan tropis yang menjadi habitat gajah.
Gajah termasuk binatang nokturnal yang aktif di malam hari. Hewan ini hanya membutuhkan waktu tidur selama empat jam per hari. Dan, terus bergerak selama 16 jam untuk menjelajah dan mencari makanan. Sisanya digunakan untuk berkubang dan bermain. Pergerakan gajah dalam sehari bisa mencapai areal seluas 20 kilometer. Idealnya kebutuhan luas areal untuk habitat gajah liar minimal 250 Km, berupa hamparan hutan yang tidak terputus.
Gajah Sumatera memiliki ciri khas tertentu, terutama bila diamati dari bentuk fisiknya, bobot gajah Sumatera sekitar 3-5 ton dengan tinggi 2-3 meter. Dan, kulitnya terlihat lebih terang dibanding gajah Asia lain serta di bagian kupingnya sering terlihat depigmentasi, seperti flek putih kemerahan.
Selain itu, hanya gajah jantan Sumatera yang memiliki gading yang panjang. Pada betina, kalaupun ada gadingnya pendek hampir tidak kelihatan. Berbeda dengan gajah Afrika dimana jantan dan betina sama-sama punya gading.
Ciri mencolok lainnya ada pada bagian atas kepala. Gajah Sumatera memiliki dua tonjolan sedangkan gajah Afrika cenderung datar. Kuping gajah sumatera lebih kecil dan berbentuk segitiga berbeda dengan gajah Afrika, kupingnya besar dan berbentuk kotak.
Mamalia besar ini juga merupakan makhluk sosial yang hidup berkelompok. Kelompok berperan penting dalam menjaga kelangsungan hidup gajah. Jumlah anggota kelompok sangat bervariasi. Tergantung pada kondisi sumber daya alam dan luas habitat.
Hewan herbivora ini bisa ditemukan dalam kelompok yang terdiri dari 20-35 ekor, tetapi juga ada kawanan yang hanya tiga ekor saja. Setiap kelompok dipimpin oleh seekor betina. Sedangkan yang jantan berada dalam kelompok untuk periode tertentu saja. Gajah yang tua akan hidup memisahkan diri dari kelompoknya hingga pada akhirnya mati.
Gajah Sumatera sangat peka dengan bunyi-bunyian. Jangan berisik saat gajah kawin. Karena, untuk melakukan perkawinan dan berkembang biak, gajah memerlukan suasana yang tenang dan nyaman. Suara alat-alat berat dan gergaji mesin sangat menganggu perkembangbiakannya.
Pada 2011, IUCN ((The International Union for Conservation of Nature) menetapkan status konservasi gajah Sumatera ke dalam kategori Critically Endangered (CR). Artinya, satwa ini berada diambang kepunahan. Status CR berada hanya dua tingkat dari status punah di alam liar dan punah sepenuhnya.
Penulis : Yudi Manar
Editor : Nurni Sulaiman