INJIWARRIOR

Injiwarrior.com adalah portal berita lingkungan yang menyampaikan informasi edukatif serta informasi tentang pengungkapan, pencegahan maupun penindakan kasus - kasus kejahatan satwa liar dan pengrusakan hutan di Indonesia. Kami menyampaikan berita yang berkualitas dan berupaya menerapkan standar tinggi jurnalisme dalam meliput peristiwa dan menuliskannya secara tajam, cerdas dan berimbang.

Antisipasi Kerusakan Hutan dan Perburuan Satwa Liar, STFJ Gelar Diskusi Jasa Wisata Konservasi

Sumatra Tropical Forest Journalism (STFJ) menggelar diskusi mengusung tema "Pemanfaatan jasa wisata alam berbasis konservasi dalam mengantisipasi kerusakan hutan dan perburuan satwa liar" di Rock Island, Bukit Lawang,  Langkat, Sumatera Utara, Jumat, 4 Februari 2022. (InjiWarrior/Iwan Gunadi Batubara)

Konservasi

Antisipasi Kerusakan Hutan dan Perburuan Satwa Liar, STFJ Gelar Diskusi Jasa Wisata Konservasi

"Saat ini pemanfaatan jasa wisata alam berbasis konservasi menjadi salah satu solusi dalam mengantisipasi praktik perusakan hutan dan perburuan satwa liar, karena akar permasalahan selama ini adalah kemiskinan, jika masyarakat sejahtera, hal itu akan membuat masyarakat tidak perlu masuk ke hutan" Direktur Sumatra Tropical Forest Journalism (STFJ) Rahmad Suryadi

05 Februari 2022 09:13:17 WIB 05 Februari 2022 14:14:50 WIB

InjiWarrior, Langkat - Sumatra Tropical Forest Journalism (STFJ) menggelar diskusi dengan mengusung tema "pemanfaatan jasa wisata alam berbasis konservasi dalam mengantisipasi kerusakan hutan dan perburuan satwa liar" di Rock Island, Bukit Lawang,  Langkat, Sumatera Utara, Jumat, 4 Februari 2022. 

Dalam diskusi itu STFJ mengundang dua narasumber yang kompeten  yakni Kepala Resor, Bekancan, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL)  Wilayah V Bahorok,  Jon Maruli Purba dan Pelaku Jasa Wisata Lingkungan, Joni Kurniawan. 

Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Dr. Muhammad Said Harahap M.I.Kom memandu acara tersebut serta hadir juga perwakilan dari Kecamatan Bahorok, tokoh masyarakat, pemandu wisata yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Langkat, pelaku wisata Bukit Lawang, guru, NGO,  mahasiswa, dan sejumlah jurnalis. 

Menurut Direktur STFJ Rahmad Suryadi, harapan ke depan agar diskusi ini memberikan kesadaran bagi semua pihak, bahwa pemanfaatan jasa wisata alam berbasis konservasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan hutan, sehingga dapat meminimalisir kerusakan hutan dan perburuan liar.

"Saat ini pemanfaatan jasa wisata alam berbasis konservasi menjadi salah satu solusi dalam mengantisipasi praktik perusakan hutan dan perburuan satwa liar, karena akar permasalahan selama ini adalah kemiskinan, jika masyarakat sejahtera, hal itu akan membuat masyarakat tidak perlu masuk ke hutan," kata Rahmad.

Rahmad mengatakan, keterlibatan masyarakat sangat berperan penting dalam menjaga hutan. Ia menambahkan bahwa kini masyarakat dapat menjadi social buffer, menjaga kawasan konservasi, khususnya di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Diskusi ini, lanjut Rahmad, memunculkan gagasan untuk membentuk kelas lingkungan di MTS Negeri IV Bahorok, sehingga ke depannya, sekolah tersebut  menjadi sekolah percontohan konservasi.

Sementara itu, Kepala Resor Bekancan, BBTNGL, Wilayah V Bahorok, Jon Maruli Purba mengatakan, pihaknya sangat mendukung penuh kegiatan ini. 

"Kami dari pihak BBTNGL sangat mendukung penuh kegiatan ini, semoga nantinya dapat berkolaborasi," kata Jon. 

Jon mengatakan, Taman Nasional Gunung Leuser memiliki empat satwa kunci yang harus dijaga dan dilestarikan. Empat satwa tersebut yakni orangutan atau mawas Sumatera (Pongo abelii), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).

Bukit Lawang memiliki potensi besar  dan menarik bagi wisatawan, karena lokasinya berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Sementara itu, Pelaku Jasa Wisata Lingkungan, Joni Kurniawan mengungkapkan beberapa contoh pengelolaan jasa wisata konservasi di sejumlah negara. Menurutnya, pengelolaan jasa wisata lingkungan harus memiliki nilai konservasi. Hal tersebut justru membuat paket wisata itu bernilai. "Kita harus memahami, bahwa melihat satwa liar tidak harus berdekatan dan berjumpa, hal itu menjadi nilai yang tinggi, karena membuat wisatawan menjadi penasaran dan konservasi berjalan baik. Bukit Lawang memiliki potensi yang luar biasa, selain hutan, sungai, orangutan ada juga kawasan batu karst, seperti di Rock Island. Rock Island bisa dijadikan destinasi wisata edukasi, baik anak sekolah, keluarga, maupun masyarakat umum," kata Joni. 

Komandan SAR Bukit Lawang, Alex Alzuhri selaku pengelola Rock Island,  mengatakan, perlu mengenalkan lokasi Rock Island menjadi destinasi wisata baru di Bukit Lawang, Langkat. Karena tempat ini memiliki potensi yang berbeda dan unik. "Untuk mendatangkan orang ke lokasi wisata, sekarang harus ada hal yang baru. Berada di Rock Island, kita seperti berada di jaman megalitikum. Hal tersebut dapat mengubah pola pikir, bahwa kita tidak perlu masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, karena, di luarnya juga ada destinasi wisata yang menarik dan indah," ujarnya dan melanjutkan, “kita juga kembali memperkenalkan Rock Island menjadi lokasi edukasi, pendidikan dan latihan. Di sini kita membuka diklat panjat tebing alam dan pelatihan kebencanaan.”


Penulis : Yudi Manar

Editor : Nurni Sulaiman

Yudi Manar

Yudi Manar

Editor
JOIN US




JOIN US