Dalam upaya pelestarian hutan dan air, bertepatan dengan peringatan Hari Hutan dan Hari Air se-dunia pada 21-22 Maret, Komunitas Sahabat Alam Lestari (SALi) dan Kelompok Sadar Wisata (Darwis) Aras Napal menggelar kegiatan Aras Napal Conservation Camp (ANCC) 2022 di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, 25-27 Maret 2022.
Conservation camp ini mengusung beragam kegiatan konservasi seperti lintas alam, menginap di tenda, dialog konservasi, penayangan film dokumenter lingkungan hidup, hingga menanam pohon.
Pada cross country sejauh 3,5 kilometer itu, melintasi kawasan ekosistem leuser (KEL) termasuk jalur ekowisata Aras Napal 242. Kegiatan diikuti sekitar 100 peserta.
Beberapa penilaian di antaranya, kekompakan, pengetahuan ekowisata Aras Napal, Konservasi Air, dan Taman Nasional Gunung Leuser.
Di beberapa pos di jalur lintas alam, tersedia pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta. Tentunya pertanyaan yang berkaitan dengan konservasi dalam pelestarian hutan dan air. Siapa yang menjawab benar, akan mendapatkan hadiah menarik seperti baju kaos, mug, dan lainnya.
Ada hal menarik lain dari kegiatan ini. Di mana, panitia menghadirkan narasumber berkualitas di bidang konservasi. Sehingga selain lintas alam yang menyehatkan, peserta juga mendapat ilmu pengetahuan yang luas tentang konservasi.
Adapun narasumbernya antara lain, Esra Barus Polisi Hutan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara (Sumut), Fitriana Saragih, Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), dan M Indra Kurnia Deputy Director Program Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC).
Indra mengatakan salah satu peran generasi muda millenial dalam upaya pelestarian alam yakni melakukan hal sederhana, namun berdampak besar yakni yang bersifat preventif (pencegahan) terhadap perusakan hutan, dan keanekaragaman hayati.
Beberapa contoh hal sederhana itu lanjutnya, yakni tidak melakukan penebangan pohon, termasuk tidak mengambil tumbuhan dan satwa liar dari habitat aslinya pada saat melakukan aktivitas adventure, seperti pendakian atau berkemah.
Dan, tidak memelihara satwa liar apalagi yang dilindungi dengan dalih sebagai komunitas pencinta satwa, yang ternyata malah bisa menjadi bagian dari mata rantai perburuan dan perdagangan satwa liar.
“Saat mengunjungi suatu daerah dalam melakukan aktivitas pendakian atau berkemah, sebisa mungkin dibarengi dengan kegiatan sosialisasi ke sekolah atau masyarakat di sekitar hutan, dan pelestarian alam atau melakukan penanaman pohon yg bermanfaat untuk masyarakat,” kata Indra.
Selain itu, kata Indra, jika menemukan aktivitas illegal seperti pembakan liar, perambahan hutan, perburuan satwa, apabila tidak dapat mencegah secara langsung, diharapkan kawan-kawan bisa menginfomasikan atau melaporkan kepada pihak terkait seperti BKSDA dan BBTNGL, atau lembaga konservasi lainnya.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari peserta Aras Napal Conservation Camp 2022.
“Pengetahuan tentang konservasi hutan dan air sangat menarik di samping kebersamaan kami menyelesaikan permasalahan di lintas alam,” kata Akmal Azmi dibenarkan Fuady Achmad dari Kelompok Pengembara Gebang Langkat (Pegal).
Ardiansyah Ketua Tim Kelompok Komunitas 1000 Guru Medan mengatakan hal senada. “Kami mendapatkan banyak pengetahuan lingkungan hidup dari kegiatan ini. Biasanya di kegiatan ini kami selipkan kegiatan kunjungan ke sekolah setempat untuk memberikan motivasi kepada adik-adik, tapi kali ini belum bisa karena masih banyak yang belum tatap muka,” katanya.
Rahmat Suryadi, Direktur Sumatra Tropical Forest Journalism (STFJ) menyampaikan bahwa kegiatan ini juga penting diikuti oleh jurnalis, untuk pembekalan ilmu pengetahuan tentang konservasi, sebagai bahan untuk menulis dan mengampanyekan pelestarian hutan dan air, bagi keberlangsungan makhluk hidup di bumi.
Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara (Sumut), Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC), Sumatra Tropical Forest Journalism (STFJ), Medan Adventure Community (MAC), ABAF GANG, Second Outdoor Medan, Kita Rasa, dan Medan Vespa.