LAMPUNG, INJIWARRIOR - Kelahiran Badak Sumatera mendapat dukungan penuh dari masyarakat internasional dengan hadirnya drh. Scott Citino dari White Oak Conservation serta perawat satwa senior Paul Reinhart dari Cincinnati Zoo, Amerika Serikat untuk membantu Tim Dokter Hewan Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK), apabila diperlukan, seperti pada kelahiran Andatu dan Delilah.
Pakar Reproduksi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB, Dr. drh. Muhammad Agil, MSc.Agr juga terlibat dalam mendukung tindakan siaga persalinan ini.
Berdasarkan keterangan Ketua Tim Dokter Hewan SRS TNWK, drh. Zulfi Arsan, selama masa bunting, badak Rosa mendapatkan pemberian tambahan hormon penguat janin hingga menjelang masa melahirkan.
Tim juga melakukan pemeriksaan kesehatan kebuntingan secara rutin dengan menggunakan alat Ultrasonografi (USG).
Di samping itu, pemberian pakan yang baik dan cukup, serta pemantauan perilaku juga ada untuk mendukung kebuntingan ini.
Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas Kuswandono menjelaskan enam tahun yang lalu, SRS TNWK menjadi tempat kelahiran Delilah, badak betina adik dari Andatu.
Sebelumnya, Andatu lahir di SRS TNWK pada tanggal 23 Juni 2012. Badak Andatu merupakan badak sumatera pertama di Asia yang lahir dalam penangkaran selang 124 tahun sejak kelahiran anak badak sumatera terakhir di Calcutta Zoo, India.
Andatu lahir dari hasil perkawinan badak jantan Andalas dan induk Ratu.
Kemudian, Badak Andatu berhasil mengawini badak Rosa dan berhasil bunting menunjukkan keberhasilan program SRS TNWK menghasilkan keturunan badak Sumatera.
“Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas adalah satu-satunya tempat pengembangbiakan badak Sumatera secara alami dengan dukungan teknologi serta kolaborasi keahlian, baik dari dalam dan luar negeri,” kata Kuswandono, dan menambahkan, “SRS TNWK yang diresmikan pada tahun 1998 merupakan program kerja sama antara Balai TNWK KLHK dengan YABI untuk menghasilkan anak badak Sumatera sebanyak-banyaknya, sesuai kondisi yang aman untuk mempertahankan keberlangsungan hidup spesies badak Sumatera yang kini terancam punah.”
Badak Sumatera merupakan jenis satwa langka yang berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature) statusnya Kritis [Critically Endangered] atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar.
Berdasarkan data Population and Habitat Viability Analysis (PHVA) tahun 2016, populasi satwa ini diperkirakan kurang dari 100 individu di alam.