INJIWARRIOR

Injiwarrior.com adalah portal berita lingkungan yang menyampaikan informasi edukatif serta informasi tentang pengungkapan, pencegahan maupun penindakan kasus - kasus kejahatan satwa liar dan pengrusakan hutan di Indonesia. Kami menyampaikan berita yang berkualitas dan berupaya menerapkan standar tinggi jurnalisme dalam meliput peristiwa dan menuliskannya secara tajam, cerdas dan berimbang.

Konflik Harimau Terjadi Lagi di Langkat

Ilustrasi; Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) di Medan Zoo. (INJIWARRIOR/Iwan Batubara)

Kabar Alam

Konflik Harimau Terjadi Lagi di Langkat

Pembina Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YSOL-OIC) memperkirakan jika perburuan terus berlanjut, bukan tidak mungkin suatu saat, generasi mendatang hanya melihat Harimau Sumatera di film seperti Jurassic Park dan film dokumenter.

01 Agustus 2022 19:27:00 WIB 02 Agustus 2022 01:37:40 WIB

Langkat, INJIWARRIOR - Mengejutkan. Warga menemukan bangkai seekor anak lembu di areal perkebunan PT Prima, Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, Jumat (29/7/2022). Dugaan sementara Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang memangsa anak lembu ini.

"Kami telah melakukan penanganan (konflik Harimau Sumatera) melalui tim respon dari Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Stabat," kata Kepala Seksi Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara, Herbert Aritonang, Senin (1/8/2022). 

Temuan jejak kaki harimau memperkuat dugaan bahwa si Raja Rimba yang bertanggung jawab terhadap kematian anak lembu tersebut. Beberapa saksi juga menyampaikan bahwa mereka melihat harimau Sumatera di sekitar lokasi tersebut.

Herbert mengatakan bahwa lokasi itu merupakan areal perkebunan dengan topografi perbukitan yang memanjang mulai dari areal PTPN II, PT Prima, PT BTL, PT PISS sampai menyambung ke hutan Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL).

“Sehingga menjadi koridor satwa dari TNGL ke areal sekitarnya," katanya. 

Sebelumnya lanjut Herbert, di areal kerja PT Prima sempat terpasang kandang jebak selama hampir dua bulan namun kini sudah dibongkar. 

"Untuk mengantisipasi konflik (harimau dengan warga), saat ini tim gabungan dari BBKSDA Sumut dan pihak perkebunan melakukan patroli untuk menghalau satwa lindung tersebut dengan menggunakan petasan dan jeduman," ungkap Herbert. 

Tidak berhenti sampai di situ, Herbert mengatakan bahwa pihaknya akan terus memonitoring untuk memantau dan mencegah terjadinya konflik lebih lanjut.

Petugas juga menyerahkan beberapa petasan kepada masyarakat untuk menghalau Harimau kembali ke hutan.

Sejak Januari hingga Juli 2022, lanjut Herbet, ada sembilan konflik Harimau Sumatera terjadi di lokasi yang sama.

Untuk itu pihaknya mengimbau agar hal ini menjadi perhatian penting dan warga maupun yang berada di sekitar lokasi tersebut terus waspada.

"Ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak terkait baik pemerintah, NGO, dan pihak perusahaan bagaimana mengantisipasinya," tegas Herbert. 

Harimau Sumatera merupakan satwa lindung berdasarkan peraturan nasional maupun internasional.

Di Indonesia, perlindungannya sudah ada dalam Undang Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.

Kemudian diperkuat oleh Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor  P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

The International Union for Conservation of Nature (IUCN) atau Uni Internasional untuk Konservasi Alam memasukkan Harimau Sumatera ke dalam daftar merah dengan status critically endangered atau terancam punah. Ini berarti hanya satu tingkat lagi satwa endemik Sumatra tersebut menuju kepunahan di alam liar. 

Kendati Harimau Sumatera memiliki dilindungi secara hukum, namun penurunan jumlahnya terus berjalan akibat perburuan liar maupun deforestasi.

Saat ini, populasi si Belang diperkirakan tidak lebih dari 600 ekor yang tersebar di alam liar atau hutan Pulau Sumatra.

Pembina Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YSOL-OIC) memperkirakan jika perburuan terus berlanjut, bukan tidak mungkin suatu saat, generasi mendatang hanya melihat Harimau Sumatera di film seperti Jurassic Park dan film dokumenter.

JOIN US




JOIN US