INJIWARRIOR

Injiwarrior.com adalah portal berita lingkungan yang menyampaikan informasi edukatif serta informasi tentang pengungkapan, pencegahan maupun penindakan kasus - kasus kejahatan satwa liar dan pengrusakan hutan di Indonesia. Kami menyampaikan berita yang berkualitas dan berupaya menerapkan standar tinggi jurnalisme dalam meliput peristiwa dan menuliskannya secara tajam, cerdas dan berimbang.

Pegiat Lingkungan Dorong Hukuman Maksimal Kasus Perdagangan Bayi Orangutan Sumatera

Direktur STFJ, Rahmad Suryadi (kiri), Ketua Forum Konservasi Orangutan Sumatera, Indra Kurnia (tengah), dan Law Practitioner, Irwansyah Putra Nasution.dalam Konferensi Pers Perdagangan Satwa Lindung di Bergendal Coffee, Senin (29/8/2022). (INJIWARRIOR/Andi Rambe).

Kejahatan Satwa

Pegiat Lingkungan Dorong Hukuman Maksimal Kasus Perdagangan Bayi Orangutan Sumatera

Hal terpenting adalah keputusan jaksa penuntut umum untuk melakukan tuntutan maksimal, dan puncaknya vonis hakim terhadap TDR kata Praktisi Hukum Irwansyah Putra Nasution.

29 Agustus 2022 18:39:00 WIB 29 Agustus 2022 23:48:37 WIB

Medan, INJIWARRIOR-Pegiat lingkungan dorong hukuman maksimal terhadap kasus perdagangan bayi orangutan Sumatera (Pongo abelii) dengan terdakwa TDR (18) yang kini tengah bergulir di persidangan.

Kasus tersebut disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Deli Serdang Cabang Labuhan Deli, Jalan Asam, Kecamatan Medan Labuhan, Sumatra Utara.

Pegiat lingkungan dari Sumatera Tropical Forest Journalism (STFJ) dan Forum Konservasi Orangutan Sumatra Utara harapkan jaksa penuntut umum (JPU) terapkan UU Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistem kasus tersebut.

"Kita berharap jaksa penuntut untuk menerapkan hukuman yang maksimal UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya, terhadap terdakwa TDR," kata Direktur STFJ, Rahmad Suryadi dalam konferensi pers di Bergendal Coffee Jalan Abadi, Kota Medan, Senin (29/8/2022).

Ketua Forum Konservasi Orangutan Sumatera Utara, Indra Kurnia menambahkan, JPU kiranya tak menjadikan usia TDR dalam menetapkan tuntutannya. Sebab, TDR bukan pemain baru dalam lingkaran perdagangan satwa liar dilindungi, terkhusus orangutan Sumatera.

"Kasus ini harusnya tuntutannya bisa lebih berat. TDR ini bukan pemain baru, meski umurnya masih 18 tahun," katanya.

Indra menyatakan, TDR diyakini telah terlibat dalam perdagangan satwa liar dilindungi ini sejak berusia 15 tahun. Sejumlah kasus perdagangan orangutan Sumatera diyakini melibatkan TDR.

"Kasus EAP vonis 8 bulan di PN Binjai. Nama T tersebutkan masuk BAP (Berkas Acara Pemeriksaan)," jelasnya.

Indra juga mengkritisi hukuman terhadap kejahatan satwa dilindungi yang masih ringan. Di mana UU Nomor 5 tahun 1990 masih dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda Rp100 juta. Masih sama sejak 30-an tahun yang lalu.

"Kita perlu mendorong revisi UU No 5 tahun 1990 ini. Karena kalau ditelusuri dari hilir ke hulu, kejahatan satwa ini sebabkan regenerasi yang hilang," katanya.

Indra menyebutkan, revisi UU Nomor 5 tahun 1990 tersebut menilik dengan pertimbangan proses rehabilitasi satwa yang menjadi korban kejahatan tersebut. Di mana proses rehabilitasi tersebut membutuhkan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.

"Karena proses rehabilitasi terhadap orangutan akan membutuhkan biaya yang lebih besar sampai siap dikembalikan ke habitatnya lagi. Jadi, masih sangat kecil sekali kalau hukuman lima tahun dan dendanya masih Rp100 juta," jelasnya.

Praktisi Hukum Irwansyah Putra Nasution yang turut hadir mengatakan, perlu dilakukan pengawalan terhadap kasus ini. Hal terpenting adalah keputusan jaksa penuntut umum untuk melakukan tuntutan maksimal, dan puncaknya vonis hakim terhadap TDR.

"Bagaimana mengawal jaksa melakukan rencana tuntutan (rentut) secara maksimal. Kirimkan surat ke Kejaksaan Deli Serdang, Kejati Sumut, dan juga pihak terkait. Pastikan juga hakim mengawal kasus ini," jelasnya.

Pria yang akrab disapa Ibey itu menyebutkan, rentut jaksa tersebut menjadi dasar bagi hakim untuk memutuskan hukuman. Namun, hakim memiliki hak terhadap terdakwa untuk menjatuhkan hukuman di atas tuntutan JPU.

"Paling penting kasus ini dikawal menjadi atensi. Kita mengiring jaksa melakukan penuntutan maksimal. Dikuatkan juga hakim dengan tuntutan jaksa," tegas Ibey.

Terkait penyidikan, Ibey tekankan kiranya penyidik, yakni Ditreskrimsus Polda Sumut kiranya melakukan penuntasan kasus tersebut. Hal ini menilik peran empat orang yang turut diamankan bersama TDR.

"Perlu juga dilakukan pendalaman kasus ini. Apakah terdakwanya hanya TDR saja. Apa pendalaman yang dilakukan penyidik selanjutnya. Juga apakah satwa itu diambil dari konservasi atau habitatnya, berarti ia memutus regenerasinya," katanya.

Ibey juga tekankan soal pemeliharaan satwa liar. Soal ini, Ibey kritisi banyaknya pejabat yang menjadikan satwa liar dilindungi sebagai hewan peliharaan. Dalam hal ini, tentunya ijin pemeliharaan satwa tersebut harus menjadi sorotan.

"Orang yang memelihara satwa liar dilindungi ini bukan orang yang tidak punya uang. Tapi pejabat, orang kaya atau yang punya uang. Banyak informasi, oknum pejabat yang memelihara satwa tanpa izin," katanya tegas.

 

Penulis: Aris

Editor: Nurni Sulaiman

JOIN US




JOIN US