Injiwarrior.com, ACEH - Kemunculan sejumlah harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) di kawasan perkebunan kelapa sawit Gampong Simpang Seubadeh, Kecamatan Bakongan Timur, Aceh Selatan, Aceh pada Rabu (20/10/2021) sore, tidak cuma memperjelas fakta klasik kerusakan hutan. Akan tetapi, peristiwa itu turut semakin menunjukkan betapa egoisnya umat manusia.
Dari sederet video amatir yang beredar, publik dapat menarik satu kesimpulan; Hilangnya harga diri sang raja hutan. Betapa tidak, predator puncak dalam siklus rantai makanan di alam liar ini seolah tak menakutkan sedikit pun. Alih-alih menyelamatkan diri dan menghindar, sejumlah warga justru sibuk mengangkat ponsel berkamera demi merekam kemunculan satwa buas yang sedang panik tersebut.
Terdapat dugaan logis yang bisa menjawab perilaku di atas. Antara warga yang berani karena terbiasa bertemu harimau atau ketidakpahaman akan situasi yang terjadi. Terlepas dari berbagai spekulasi itu, penting dicatat bahwa kemunculan harimau merupakan pertanda tegas dari alam. Hutan kita tak sedang baik-baik saja.
Kontak antara manusia dan harimau di Kabupaten Aceh Selatan memang bukan cerita baru. Sisa-sisa hutan di daerah tersebut merupakan rumah terakhir bagi harimau Sumatra. Di sisi lain, invasi umat manusia tak terbendung.
Pada Sabtu (9/10/2021), warga juga melaporkan telah melihat seekor harimau di area perkebunan di Gampong Seuleukat, kampung relatif tak jauh dari lokasi kemunculan harimau teranyar. Kedua kampung itu berada di kecamatan yang sama, yakni Kecamatan Bakongan Timur. Jarak kedua kampung itu diperkirakan lima kilometer.
"Apakah harimau ini sama dengan yang terlihat di kawasan Gampong Seuleukat masih belum bisa dipastikan karena kita harus melihat dari coraknya dan harus dari berbagai sisi baru dapat diidentifikasi," ujar Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto dikutip dari anteroaceh.com, Kamis (21/10/2021).
Berdasar keterangan warga, kemunculan harimau di Gampong Simpang Seubadeh terjadi jelang senja. Harimau yang muncul disebut-sebut berjumlah hingga empat ekor.
Menurut Agus, satwa terancam punah itu masuk ke kawasan hutan produksi, yang sejatinya tak jauh dari hutan lindung. Petugas memasang kamera jebak untuk membantu menganalisa identitas harimau. Meraka juga berpatroli di sekitar lokasi kemunculan.
Di sisi lain, Agus meminta warga setempat agar waspada dan menahan diri dari perilaku yang tidak hanya membahayakan mereka, namun juga harimau tersebut.
"Kita juga telah mengimbau kepada masyarakat dan aparat desa untuk waspada dan tidak melakukan langkah-langkah yang dapat membahayakan baik manusia maupun satwa itu sendiri," kata Agus.
Camat Bakongan Timur Dim Yatri menceritakan bahwa keberadaan harimau itu pertama kali dilihat oleh seorang petani di kebunnya.
"Tadi keuchik bersama keluarga sedang membersihkan kebun, tiba-tiba harimau sudah mendekatinya. Secara pelan-pelan keuhcik dapat menjauhi harimau itu," ujar Yatri dikutip dari waspadaaceh.com, Rabu (20/10/2021).
Yatri berharap warganya lebih berhati-hati. Petani juga diimbau tidak beraktivitas untuk sementara hingga petugas melakukan penanganan lebih lanjut.
"Kita berharap untuk sementara masyarakat jangan ke kebun dulu sampai harimau benar-benar terhalau," harapnya.