INJIWARRIOR

Injiwarrior.com adalah portal berita lingkungan yang menyampaikan informasi edukatif serta informasi tentang pengungkapan, pencegahan maupun penindakan kasus - kasus kejahatan satwa liar dan pengrusakan hutan di Indonesia. Kami menyampaikan berita yang berkualitas dan berupaya menerapkan standar tinggi jurnalisme dalam meliput peristiwa dan menuliskannya secara tajam, cerdas dan berimbang.

Kenalan dengan Ajag, Anjing Serupa Serigala Penghuni TNGL

Ajag (Cuon Alpinus), anjing hutan mirip serigala dengan ekor menjuntai indahwith a beautiful dangling tale. (Ilustrasi/Alamendah)

Leuser

Kenalan dengan Ajag, Anjing Serupa Serigala Penghuni TNGL

Tahukah Anda bahwa ada satwa langka penghuni TNGL yang bernama Ajag Sumatra (Cuon alpinus sumatrensis)? Satwa ini serupa dengan serigala tapi sebenarnya tak sama. Ajag Sumatra adalah anjing hutan liar yang menghuni TNGL bersama satwa lindung lainnya.

21 Maret 2022 23:59:00 WIB 05 April 2022 13:39:46 WIB

ANDA mungkin sudah mengenal beberapa satwa endemik penghuni Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Taman nasional ini adalah rumah bagi satwa lindung seperti Orangutan sumatera (Pongo pygmaeus abelii), Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah sumatera (Elephas maximus) dan satwa lain.

Tahukah Anda bahwa ada satwa langka penghuni TNGL yang bernama Ajag Sumatra (Cuon alpinus sumatrensis)? Satwa ini serupa dengan serigala tapi sebenarnya tak sama. Ajag Sumatra adalah anjing hutan liar yang menghuni TNGL bersama satwa lindung lainnya.

 Di Indonesia, ada dua subspesies yang dapat dijumpai yaitu Cuon alpinus javanicus yang tersebar di Pulau Jawa dan Cuon alpinus sumatrensis tersebar di Pulau Sumatera.

Ajag Sumatra merupakan subspesies dari anjing ajag (Cuon alpinus) atau dhole. Satwa liar ini tersebar di berbagai Negara di Asia antara lain; Bangladesh, Kamboja, Bhutan, India, China, Laos, Nepal, Myanmar, Thailand, dan Indonesia.

Di Sumatra, ajag hidup di beberapa taman nasional yang ada di lanskap Bukit Barisan, di antaranya; TNGL di Sumatra Utara dan Aceh, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Jambi, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung, Taman Nasional Tesso Nilo (TNTS) di Riau, dan Hutan Lindung Batang Hari di Sumatra Barat.

Sementara di Pulau Jawa, ajag tersebar di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Di wilayah Jawa bagian timur, ajag menghuni Taman Nasional Baluran  dan Taman Nasional Alas Purwo.

Ajag hidup di pegunungan, hutan, maupun padang rumput. Ia merupakan hewan diurnal yang hidup berkelompok antara lima hingga 20 individu. Berat badannya berkisar 10-20 kilogram dengan panjang tubuh dewasa antara 88 sampai113 sentimeter. Tinggi ajag antara 42-50 sentimeter.

Jika dibandingkan dengan Siberian Husky yang juga mirip serigala, ajag lebih mendekati kemiripannya, karena memiliki bulu coklat kemerahan.

Untuk membedakan ajag dengan serigala, ajag memiliki corak putih di dagu, leher, dan ujung perut. Ajag memiliki ekor menjuntai indah dengan warna kehitaman. Serigala memiliki tubuh lebih besar daripada ajag. Serigala juga memiliki otak yang lebih besar dan rahang yang lebih tebal.

Ironisnya, masyarakat sering memburu bahkan menganiaya anjing liar tersebut karena anggapan bahwa ajag adalah pengganggu ternak. Ini membuat populasinya semakin menipis.

Padahal, konflik terjadi karena hewan yang menjadi pakan ajag seperti rusa, sering diburu dan diperjualbelikan. Lebih jauh lagi, ancaman kepunahan terjadi karena hilangnya habitat akibat fragmentasi atau degradasi.

Di dunia konservasi, ajag termasuk jenis hewan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Satwa ini masuk dalam kategori terancam punah (Endangered) berdasarkan daftar merah IUCN dengan tren populasi yang terus menurun serta termasuk dalam daftar Apendiks II dalam CITES. Apendix II berarti tidak boleh diburu di alam liar.

 

Penulis : Nurni Sulaiman

Editor : Nurni Sulaiman

JOIN US




JOIN US