Inji Warrior, Langkat – Pemuda asal Prancis senyum semringah ke arah seorang guide atau pemandu lokal di sebelah. Rasa letih setelah satu jam lebih mengarungi rimbunya hutan tropis dibayar kontan dengan kemunculan sosok yang ditunggu-tunggu.
Di bawah bias mentari pagi medio 2020 silam, sosok berbulu merah berdiri mengadang langkah mereka. Bagi warga asing tersebut, ini adalah momen menakjubkan sekaligus perkenalannya dengan Minah, individu orang utan Sumatra (Pongo abelii) semi liar penghuni Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Tapi bagi Puryanto, sang guide, itu adalah pertemuan terakhir dengan satwa yang sudah 10 tahun lebih membantunya mengais rezeki di objek wisata Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Sampai saat ini, Minah tak pernah lagi terlihat oleh siapapun.
“Sampai sekarang belum pernah ada yang ketemu lagi dengan Minah,” ujar Zipur, sapaan populer Puryanto, Jumat (30/6/2023).
Desas-desus keberadaan Minah sudah beredar sejak pandemi Coronavirus Disease 19 (Covid-19) merebak awal 2020. Saat itu, seluruh aktivitas masyarakat dibatasi secara ketat. Setiap lokasi yang berpotensi menimbulkan kerumunan wajib ditutup rapat-rapat.
Ketentuan itu juga berlaku untuk objek wisata Bukit Lawang yang sontak meluluhlantakkan sendi-sendi perekonomian warga setempat. Khususnya bagi mereka yang menggantungkan hidup dari dunia pariwisata, seperti para pemandu lokal dan pelaku usaha perhotelan.
Setelah masa pembatasan dilonggarkan dan aktivitas jungle tracking mulai dibuka meski terbatas, situasi di dalam rimba ternyata sudah tak lagi sama. Ia terasa lebih sunyi. Minah, betina yang diperkirakan telah berumur lebih dari 45 tahun, menghilang begitu saja.
Foto terakhir Minah sebelum menghilang yang berhasil diabadikan Puryanto alias Zipur di Taman Nasional Gunung Leuser, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pertengahan 2020 silam. Inji Warrior/ HO
Hari berganti. Namun ia tetap tak kunjung muncul hingga akhir 2021. Fakta itu mematahkan teori-teori serampangan yang berkembang tentang Minah sekaligus menebalkan tanda tanya atas keberadaan satwa tersebut.
Beranjak dari masalah ini, kami memutuskan menggelar investigasi demi memastikan keberadaan Minah. Sejak pertengahan 2022 lalu, tim telah bertanya ke setidaknya 20 orang pemandu lokal. Tapi tak satupun dari mereka yang pernah melihatnya lagi.
Pada September 2022, kami menghubungi Palber Turnip, mantan Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok yang sekarang menjabat Kepala Bidang Wilayah III Balai Besar TNGL. Senada dengan para guide, Palber juga belum pernah melihat Minah lagi.
“Untuk Minah, dia sudah beberapa lama ini tidak tampak. Jadi mulai Covid-19, sudah jarang ketemu,” kata Palber.
Semasa aktivitas jungle tracking dilarang, kami melihat beberapa individu orang utan betina semi liar turun dari dalam hutan menuju tepi sungai. Beberapa di antaranya bahkan berinteraksi dengan wisatawan lokal yang kebetulan sedang berada di sekitar lokasi.
Penampakan individu orang utan Sumatra (Pongo abelii) di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, belum lama ini. Ia awalnya diklaim merupakan Minah, namun hasil identifikasi membuktikan berbeda. Inji Warrior/ HO
Dari pengamatan kami, orangutan tersebut menggendong satu individu bayi dan berupaya menghampiri pengunjung seolah meminta makanan. Akan tetapi, betina yang menampakkan dirinya tersebut dipastikan bukan Minah.
Menonjolnya Minah di antara orangutan semi liar penghuni Bukit Lawang membuat sosoknya mudah dikenali. Selain perilaku ganas serta agresif, Minah juga punya tanda fisik di bagian kening sekitar mata.
Tanda yang dimaksud merupakan bekas luka akibat hantaman parang oleh oknum guide saat mencoba melepaskan cengkeraman Minah dari tamu yang dipandunya ke hutan. Peristiwa itu terjadi beberapa tahun silam.
“Jadi tamu sudah dia cengkeram, kalau sempat diangkat ke pepohonan bisa tewas tamunya. Mungkin tindakan terpaksa,” kata Palber.
Selain dibacok, Minah juga pernah melihat langsung bayinya tewas secara tragis. Serangkaian peristiwa inilah yang konon menciptakan agresivitas serta keberingasannya terhadap pengunjung.
Minah merupakan orangutan semi liar atau rehabilitan yang mendiami Pusat Rehabilitasi Orangutan Bukit Lawang era 90-an silam. Selama di sini, Minah sudah melahirkan setidaknya tiga kali.
Di samping kesannya yang menakutkan, Minah tetaplah satwa endemik nan eksotis yang menjadi idola para pemandu wisata. Kemunculan Minah bagaikan atraksi ampuh untuk menarik para wisatawan, terkhusus asing.
Semua guide yang kami wawancarai mengaku pernah berpapasan dengan Minah tatkala memandu tamu di hutan. Di antara mereka bahkan pernah sempat mengalami kontak fisik. Namun dengan bujuk rayu – menawarkannya pisang, Minah akhirnya mau melepaskan cengkeraman.
“Hampir seluruh pemandu sudah berhadapan langsung dengan Minah, bergulat, termasuk saya sendiri,” kata Anjala, seorang pemandu lokal.
Memasuki 2023, oknum dari otoritas terkait mengirim foto satu individu orangutan Bukit Lawang ke grup WhatsApp pegiat lingkungan. Ia mengklaim satwa itu adalah Minah.
Namun setelah kami identifikasi, klaim tersebut keliru. Perbedaan fisik, khususnya pada bagian wajah, membuktikan bahwa ia bukan Minah. Hal itu terlihat dari bentuk wajah, warna bulu hingga bekas luka yang terdapat pada bagian dahi sekitar matanya.
Setelah mengumpulkan informasi berikut data pendukung, tim memutuskan untuk mencari sendiri Minah ke dalam hutan. Demi mengoptimalkan sumber daya dan efektivitas, kami memilih skema penyisiran yang berpatok pada home range ataupun wilayah jelajah.
Range area Minah, orang utan Sumatra (Pongo abelii) penghuni Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Inji Warrior/ HO
Dalam penelitian berjudul Orangutan Home Range Size and Its Determinants in Sumatran Swamp Forest (2001), Ian Singleton dan Carel P van Schaik menjelaskan estimasi wilayah jelajah orang utan (Pongo pygmaeus).
Di hutan rawa Sumatra, wilayah jelajah satwa ini jauh lebih luas daripada spesies yang sama di tempat penelitian sebelumnya serta memiliki kepadatan tertinggi yang pernah tercatat.
Kendati sulit untuk memastikan ukuran wilayah jelajahnya, home range minimum untuk orangutan betina dewasa diperkirakan seluas 850 hektare. Sedangkan untuk jantan sub-dewasa dan dewasa setidaknya 2.500 hektare.
Sementara melalui penelitian berjudul Perilaku dan Jelajah Harian Orangutan Sumatera Rehabilitan di Kawasan Cagar Alam Hutan Pinus Jantho Aceh Besar (2013), Hadi Sofyan dan sejawat mendapati daerah jelajah harian atau daily range orang utan Sumatra rehabilitan berkisar 0,7-26,2 hektare.
Terdapat dari lima aktivitas utama orang utan rehabilitan. Hasil analisis menunjukkan bahwa istirahat merupakan aktivitas dengan proporsi tertinggi, yakni 47,32%. Kemudian dilanjutkan dengan makan sebesar 37,00%, bergerak 14,75%, sosial 0,52% dan bersarang 0,41 %.
Berdasarkan keterangan yang dikumpulkan, Minah dulunya biasa ditemui guide dan pengunjung di suatu lokasi yang dinamakan Cadas. Tempat ini terletak pada koordinat 3⁰32'30''N 98⁰06'26"E. Dari sinilah titik penelurusan kami bermula. Melalui Global Positioning System (GPS) dan bantuan aplikasi Google Earth, tim berhasil menyimpulkan perkiraan wilayah jelajah Minah.