INJIWARRIOR

Injiwarrior.com adalah portal berita lingkungan yang menyampaikan informasi edukatif serta informasi tentang pengungkapan, pencegahan maupun penindakan kasus - kasus kejahatan satwa liar dan pengrusakan hutan di Indonesia. Kami menyampaikan berita yang berkualitas dan berupaya menerapkan standar tinggi jurnalisme dalam meliput peristiwa dan menuliskannya secara tajam, cerdas dan berimbang.

Ketika Saluran Air Bumi Mengalirkan Antibiotik: Jejak Resistensi Antimikroba di Alam

Para peserta dari latar belakang jurnalis dan mahasiswa fkh usk berfoto bersama dengan narasumber dalam pelatihan Science Journalism Training to Mitigate Antimicrobial Resistance di Hotel Four Points by Sheraton, Medan, belum lama ini. Foto/ ist

Kabar Alam

Ketika Saluran Air Bumi Mengalirkan Antibiotik: Jejak Resistensi Antimikroba di Alam

Sejak 2019, World Health Organization (WHO) mencatat sekitar 1,2 juta kematian terjadi setiap tahunnya akibat infeksi yang tidak lagi responsif terhadap antibiotik.

14 November 2025 20:15:00 WIB 01 Januari 1970 07:00:00 WIB

Oleh : Nurul Hidayah Alwi 

Air adalah sumber kehidupan yang diperlukan semua makhluk di muka bumi, ia dibutuhkan oleh tubuh, mengairi lahan-lahan persawahan, menyejukkan jiwa melalui laut, sungai, dan danaunya. Namun, di balik kebermanfaatan dan keindahannya, kini juga menjadi lintasan evolusi bakteri, ancaman tak kasat mata berupa resistensi antimikroba yang lahir dari aktivitas manusia. 

Air yang digunakan manusia setiap hari berasal dari saluran-saluran alami bumi yang dikelola melalui sistem buatan manusia. Namun, sebagian besar sistem tersebut belum mampu menyaring antibiotik dan bakteri resisten secara efektif. Menurut April Hayes, ahli mikrobiologi dari University of Exeter, Inggris, “Hingga 90% obat yang dikonsumsi manusia melewati tubuh tanpa terurai sepenuhnya, dan sebagian besar residu obat tersebut tidak tersaring di instalasi pengolahan air limbah (IPAL). 

Akibatnya, sisa antibiotik dan obat lain berakhir di sungai, danau, dan sistem air tawar di seluruh dunia. ”Temuan ini menunjukkan bahwa antibiotik yang masuk ke lingkungan tidak hilang begitu saja. Bahkan dalam dosis kecil pun, antibiotik tetap mampu mendorong bakteri beradaptasi dan mengembangkan mekanisme pertahanan terhadap obat yang seharusnya  dapat membunuhnya. Tidak hanya antibiotik, obat diabetes, antidepresan, dan pereda nyeri juga dapat berkontribusi menyebabkan bakteri kebal, bagian dari masalah global yang lebih besar: resistensi antimikroba.

Masalah ini tidak hanya disebabkan oleh pembuangan obat secara sengaja, tetapi juga melalui air limbah domestik, rumah sakit, pertanian, peternakan, akuakultur, hingga pergerakan hewan ternak yang tidak dikandangkan serta satwa liar. Bakteri resisten kini dapat ditemukan di mana saja: tanah, sungai, hingga air laut. Dalam satu dekade terakhir, laporan internasional menunjukkan peningkatan cemaran antibiotik di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Resistensi antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) adalah kondisi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit menjadi kebal terhadap obat yang seharusnya menghambat atau membunuhnya. Bakteri resisten merupakan bakteri yang telah kebal dengan antibiotik yang diberikan. 

Dampaknya kini dirasakan secara global. Sejak 2019, World Health Organization (WHO) mencatat sekitar 1,2 juta kematian terjadi setiap tahunnya akibat infeksi yang tidak lagi responsif terhadap antibiotik. Angka ini juga diprediksi dapat menjadi 10 juta kematian pada 2030 jika perilaku penggunaan obat dan pengelolaan limbah tidak berubah.

Yang lebih mengkhawatirkan, AMR bukan hanya isu medis. Ia berdampak pada lingkungan, kesehatan sosial, dan kesehatan hewan termasuk keberlangsungan satwa liar, dan keamanan pangan. Tanah dan aliran air yang tercemar antibiotik memberi ruang bagi mikroba berevolusi. Saat aliran air bergerak ke sawah, kandang ternak, pesisir, dan kembali ke rumah kita, bakteri resisten berpindah lintas ekosistem, dari manusia ke hewan, dari hewan ke manusia, dan dari lingkungan ke seluruh rantai kehidupan.

Pendekatan kooperasi dan kolaborasi multipihak serta kesadaran tentang triple planetary crisis (perubahan iklim, polusi, dan terancanmnya keanekaragaman hayati) menjadi kunci untuk memutus siklus ini. Pemerintah perlu memperkua edukasi, pengelolaan, dan pengawasan terhadap tiap jenis limbah. Sementara itu, masyarakat harus menggunakan antibiotik hanya sesuai resep, tidak membuang sisa obat ke toilet atau sungai, serta mendorong hadirnya titik dropbox pembuangan obat di daerah masing-masing.
 

JOIN US




JOIN US