INJIWARRIOR

Injiwarrior.com adalah portal berita lingkungan yang menyampaikan informasi edukatif serta informasi tentang pengungkapan, pencegahan maupun penindakan kasus - kasus kejahatan satwa liar dan pengrusakan hutan di Indonesia. Kami menyampaikan berita yang berkualitas dan berupaya menerapkan standar tinggi jurnalisme dalam meliput peristiwa dan menuliskannya secara tajam, cerdas dan berimbang.

 Nasib Badak Jawa dan Sumatera Di Ujung Cula

Foto/ int

Internasional

Nasib Badak Jawa dan Sumatera Di Ujung Cula

Badak jawa maupun badak sumatra, yang sama-sama menyandang status critically endangered atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar, memiliki catatan paling mengkhawatirkan.

10 Maret 2025 11:50:00 WIB 01 Januari 1970 07:00:00 WIB


Inji Warrior, Medan - Di dunia saat ini tinggal lima spesies badak yang masih tersisa. Yaitu badak hitam Afrika (Diceros bicornis), badak putih Afrika (Ceratotherium simum), badak India (Rhinoceros unicornis), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan badak Jawa (Rhinocerus sondaicus).

Badak memiliki ukuran besar dan kulit yang menyerupai baju zirah. Di antara lima spesies di seluruh dunia, tiga tersebar di Asia. Mayoritas badak yang tersisa di alam liar terekam di empat negara, yakni India, Nepal, Bhutan, dan Indonesia. 

Jumlah badak dikabarkan naik di bawah ancaman perburuan liar yang juga meningkat. Laporan terbaru yang dikeluarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebutkan populasi badak di seluruh dunia diperkirakan mencapai 27.000 pada akhir 2022. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 26.272.

Sementara itu, per 2023, populasi badak india meningkat menjadi 4.014 individu. Mayoritas tersebar di negara bagian Assam, India, dan sebagian kecil di Nepal dan Bhutan. 

Meski pertambahan jumlah ini memberi harapan baru, namun dua spesies badak Asia yaitu badak Jawa dan badak Sumatra diambang kepunahan. Dilaporkan jumlahnya menyusut di bawah 80 ekor. Meningkatnya populasi badak ini berkat keberhasilan konservasi badak hitam dan putih di Afrika. Kenaikan populasi kedua spesies badak Afrika tersebut berada di kisaran 5 persen dibanding tahun sebelumnya.

Dikutip dari Betahita.id, pada peringatan Hari Badak Sedunia atau World Rhino Day--diperingati setiap 22 September--International Rhino Foundation (IRF) mengeluarkan State of the Rhino 2023. Dokumen sepanjang 15 halaman ini merangkum status dan keberadaan badak serta strategi dalam pengelolaan badak. 

Badak jawa maupun badak sumatra, yang sama-sama menyandang status critically endangered atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar, memiliki catatan paling mengkhawatirkan.

Badak jawa dulu tersebar di seluruh Asia Tenggara. Namun kini hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Pada 2011, subspesies badak jawa yang hidup di daratan Vietnam pun dinyatakan punah. Dalam dokumen tersebut, IRF menyebut jumlah badak jawa ada saat ini 76 individu, namun 12 diantaranya berstatus hilang. Tidak diketahui apakah badak ini mati alami, diburu, atau sekedar menghindar dari kamera-deteksi (camera-trap). 

Perburuan yang masif dan kehilangan habitat terus mendesak penurunan jumlahnya di alam liar. Agustus lalu, ditemukan satu bangkai badak jawa, yang dikonfirmasi akibat perburuan liar, dan meningkatkan kewaspadaan dan kekhawatiran para pegiat konservasi di Indonesia. 

Awal tahun 2025, Pengadilan Negeri Pandeglang memvonis enam terdakwa itu dengan hukuman penjara 12 dan 11 tahun. Enam terdakwa pelaku perburuan Badak Jawa dinyatakan bersalah melakukan perburuan badak jawa yang ditetapkan sebagai satwa langka dan dilindungi.

Terdakwa Sahru bin Karnadi selaku eksekutor dalam kasus ini mendapat hukuman 12 tahun penjara seorang diri karena mendalangi perburuan badak tersebut. Sedangkan lima terdakwa lainnya hanya 11 tahun penjara.

Sementara itu badak sumatera mengalami tren penurunan populasinya. Jumlahnya diperkirakan sebanyak 34-47 individu di alam liar. Penampakan langsung sudah menjadi langka dan tanda-tanda tidak langsung seperti jejak kaki badak sumatra semakin sulit ditemukan. Data Indonesia menyatakan tidak lebih dari 80 individu saat ini di alam liar. Sementara IUCN menyatakan populasi sebenarnya berada di antara 34-37 individu. Tidak ada subpopulasi yang memiliki lebih dari 30 badak. 

Menurut Asian Rhino Specialist Group IUCN, terdapat empat populasi terisolasi dan 10 subpopulasi yang tersisa di Indonesia. Hanya satu dari populasi ini, yakni di Gunung Leuser, yang diyakini memiliki populasi yang cukup untuk bertahan hidup. 

Sebarannya kini hanya ada di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung-Bengkulu, dan Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh. 

Sementara itu, terdapat dua badak yang berhabitat di hutan Kalimantan Timur. Pahu, badak betina, hidup di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) Kelian, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Lalu Pari, juga betina, berada di alam liar Hutan Lindung Kelompok Hutan (HL KH) Sungai Ratah-Sungai Nyuatan-Sungai Lawa, Kabupaten Mahakam Ulu. 

Badak sumatra juga pernah hidup di Malaysia. Namun pada 2019, badak sumatra betina bernama Iman mati karena kanker. 

IRF menyatakan bahwa harapan pelestarian badak sumatra kini ada di SRS Way Kambas. Penangkaran yang ada di Taman Nasional Way Kambas menampung tujuh badak, termasuk tiga anakan. 

JOIN US




JOIN US