PERJALANAN Tim berlanjut ke Desa Tembok Rejo, Kecamatan Muncar untuk melihat sistem TPS3R Bio Mandiri Lestari yang telah dibangun. Kepala Desa Tembok Rejo, Andi menceritakan bahwa penduduk di desa Tembok Rejo memiliki etnis campuran, dengan mayoritas etnis Madura.
Aspek sosial ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan edukasi terkait persampahan, karena memerlukan beberapa pendekatan berbeda kepada masyarakat.
Namun di sisi lain, Andi juga mengapresiasi kolaborasi yang sudah terjalin untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah di desanya.
Menceritakan gambaran umum mengenai sistem pengelolaan sampah di Desa Tembok Rejo, Perwakilan Pengelola TPS3R Bio Mandiri Lestari, Nungky Rovalina atau yang kerap disapa Kiky menyampaikan bahwa saat ini, dari 10- 20 ton sampah yang masuk ke TPS3R perharinya ternyata belum sepenuhnya terpilah.
Hal ini dikarenakan penduduk merasa pemilahan sampah tidak perlu dilakukan, karena sudah membayar iuran.
Hal tersebut diakui Kiky dengan tidak terpilihnya sampah berimbas pada mutu pupuk yang saat ini dihasilkan oleh TPS3R, di mana kandungan plastik yang ada masih cukup tinggi.
Selain itu, sampah yang tidak terpilah juga pada akhirnya terpaksa diangkut ke TPA.
“Karena sampahnya tidak terpilah, jadi kami angkut ke TPA, yang seharusnya hanya sampah residu saja yang masuk kesana. Kondisi ini juga menimbulkan isu lain, dimana moda transportasi untuk pengangkutan ke TPA juga terbatas, sehingga kami cukup kesulitan” jelas Kiky.
Tantangan lainnya yang dihadapi oleh Kiky ialah total iuran yang sebenarnya baru mencapai 70% dari seluruh masyarakat desa Tembok Rejo. Walaupun pemasukan TPS3R perbulannya mencapai angka 20 sampai 30 juta rupiah.
Namun, pembayaran iuran tetap perlu dilakukan seluruh masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab akan sampah yang dihasilkan setiap harinya.
Terkait pengumpulan iuran, Kiky merasa dirinya sangat terbantu melalui kolaborasi dengan pemerintah desa yang ikut mengawasi proses di lapangan.
“Bagi masyarakat yang belum membayar iuran, tim pengelola TPS3R terus mengedukasi dan mendorong tingkat kesadaran mereka. Tentunya, dibantu oleh pemerintah desa melalui RT/RW. Penarikan iuran di lapangan dilakukan oleh tim TPS3R, namun tetap diawasi oleh pemerintah desa,” jelas Kiki seperti dilansir dari Nawasis.org.
Guna menjawab tantangan – tantangan yang ada di desa Tembok Rejo, tentunya diperlukan edukasi terus menerus kepada masyarakat, serta secara bersamaan melakukan peningkatan sistem pengelolaan sampah melalui kolaborasi mitra yang ada di desa Tembok Rejo.
Penulis: Dina P
Editor: N Sulaiman