Langkat, INJIWARRIOR – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara (Sumut) berhasil mengevakuasi satu indvidu orangutan yang tersesat di areal perkebunan di Desa Mekar Makmur, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat.
“Satu individu satwa liar orangutan berhasil dievakuasi setelah terlebih dahulu ditembak bius oleh Tim Medis dari Balai Besar KSDA Sumatera Utara dan YOSL-OIC, pada Selasa (31/5) sekitar pukul 12.58 WIB,” kata Humas BBKSDA Sumut, Andoko Hidayat, Kamis, (2/6/2022).
Menurut Andoko, hasil identifikasi orangutan berusia 12 tahun, jenis kelamin betina, dengan kondisi sehat, “hanya sedikit kurus diduga akibat kekurangan pakan selama di areal perkebunan.”
Ia menambahkan, Tim tidak menemukan luka fraktur atau bekas tembakan senapan angin pada bagian tubuh satwa. Dan, perilaku primata tersebut masih liar, sehingga Tim bersepakat dengan pihak Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) untuk segera melepasliarkan satwa endemik Sumatera tersebut ke kawasan hutan TNGL. Tepatnya, di kawasan hutan restorasi Resort Cinta Raja 3. “Sebelum pelepasliaran, Tim melakukan pemasangan tagging berupa microchip dan pemberian vitamin.”
Andoko menjelaskan, keberadaan orangutan Sumatra tersebut terdeteksi pada Rabu, 25 Mei 2022, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Stabat, Herbert BP. Aritonang menerima laporan dari Manager Kebun PT PISS (PT Perkebunan Inti Sawit Subur) tentang keberadaan dua individu Orangutan Sumatera (Pongo abelii) yang terpantau di areal kebun milik PT. PISS di Desa Mekar Makmur.
“Keberadaan orangutan tersebut sebenarnya sudah lama terdeteksi, tapi kesulitan dalam identifikasi lokasi karena satwa ini selalu berpindah, termasuk di areal kerja PT PISS yang belum dikelola,” kata Andoko.
Menindaklanjuti laporan tersebut, kemudian dibentuk Tim Gabungan terdiri dari petugas BBKSDA Sumut, lembaga mitra kerjasama Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC) serta dari pihak perkebunan PT PISS.
“Kemudian Tim melakukan identifikasi lokasi, memantau pergerakan orangutan, dan membuat rencana emergency rescue, mengingat kondisi tutupan tidak layak untuk habitat orangutan serta cukup jauh dari kawasan hutan TNGL dengan jarak terdekat tiga kilometer,” kata Andoko seraya menambhakan, “dikhawatirkan keberadaan orangutan di dalam areal perkebunan akan membahayakan satwa tersebut, karena berpotensi menimbulkan konflik dengan masyarakat serta karyawan kebun.”
Ia melanjutkan, “dengan berhasilnya rescue serta translokasi, berarti tinggal satu individu orangutan lagi yang masih berkeliaran di areal perkebunan, sebagaimana laporan dari manajemen PT PISS. Untuk itu akan dilakukan pemantauan guna memastikan keselamatan orangutan tersebut. Rencananya Tim akan kembali ke lokasi Senin, 6 Juni 2022 yang akan datang.”